Wednesday, June 12, 2013
[Part 2] Es Krim Stroberi Dan Cincin
"Kriiiiinggg!!!!" Bel pulang berbunyi. Tidak terasa pelajaran bahasa inggris hari ini ku habiskan bersama Abit,es krim,dan cincin yang melingkar dijariku.
Kami menuju kelas untuk mengambil tas, diselingi tawa tentunya, berjalan beriringan meninggalkan gedung sekolah. Dia menggenggam tanganku tiba2.
Kuharap ini bukan bayangan semata, yang sewaktu-waktu bisa pudar karena tersadar.
Dia tersenyum,mengajak aku untuk mampir ketaman sebentar, tidak mungkin aku menolaknya.
Ditaman kita duduk di bangku warna merah,menikmati eskrim lagi. Tentulah dia tahu aku suka dengan makanan yang satu ini.
Diam disampingnya membuatku cukup nyaman. Tanpa ucapan sedikitpun darinya tapi aku merasa kami sudah berbincang banyak hal. Perasaan apakah ini? Aku tak pernah mengerti apa yang sedang kurasakan. Aku ingin waktu berhenti saat ini, berhenti saat aku disampingnya seperti ini.
Semua hal tentang dia hari ini seperti mimpi. Dari tatapanya di kelas bahasa inggris,es krim,cincin,dan genggamanya saat ini.
Dia adalah seseorang yang akan kau temukan di buku-buku, dalam roman-roman picisan. Bagaimana aku bertemu dengannya, itu juga cerita yang begitu khayali, yang saking berlebihannya, terlalu fantastis untuk dituliskan menjadi sebuah cerita. Aku pernah membaca perkataan seorang penulis besar yang aku tak ingat siapa, kalau kisah fiksi itu harus dibuat senyata mungkin, meski realitas mungkin lebih ajaib daripada fiksi. Tiba tiba ia mengucapkan sesuatu padaku. Ucapan singkat yang keluar dari bibirnya mengatakan yg tak ingin kudengar.
“Re, kayanya bsok kita gabisa ketemu lagi” ucapnya lirih sambil memandang awan diatas.
“Emang kenapa? Ko kamu ngomong gitu?”
“Iya, besok gue pindah, gue ngga sekolah disini lagi”
“Setelah semua yang kamu kasih ke aku hari ini, kamu mau pergi ninggalin aku gitu aja? Hahaha jgn ngerjain aku lagi Bit” kutinju lengan kanan abit.
“Gue ngga bercanda, keluarga gue harus pindah ke luar negri. Makanya gue ngasih ini semua hari ini". Terangnya.
Aku terdiam, kenapa baru hari ini dia bersikap manis? "Bit? Kamu...!!"
"Iya gue tau gue bego Re, seharusnya dari awal kelas 10 gue terus terang sama lo kalo gue sayang sama lo. Trus gue harus gimana Re? Sorry,gue baru berani ngomong ini sekarang” ucapnya sambil memegang pundakku.
“Ninggalin orang dengan ucapan Sayang itu ngga bikin dia tenang , Cuma bikin lebih sakit tau ga? Aku udah berharap hari2 aku selanjutnya bisa kaya hari ini Bit"
“Maafin gue Re, Tapi gue janji,pasti bakal hubungin lo kok".
“Gausah janji, kalo kamu ga tau bisa nepatinnya apa engga”
Abit menghela nafas panjang, dia menoleh kearahku. Tiba-tiba dia bersimpuh dihadapanku. Menggenggam tanganku dan menatapku. Tatapan itu, tatapan yang baru kulihat. Bukan tatapan nakal seperti biasanya, tatapan serius dan berusaha meyakinkanku. Tatapan tulius dari matanya, tentulah aku baru melihat tatapan itu. Seketika ia mencoba meluluhkan hatiku dengan cara dia meyakinkanku.
“Aku janji, aku bakal hubungin kamu,aku juga bakal balik lagi kesini. Tepat disini beberapa tahun lagi kita akan ketemu”
“Janji ya bit?” ucapku dan tanpa kusadari air mata itu menetes melalui pipi, turun ke dagu, jatuh tepat ditangan genggaman abit.
“Hey... Re , jangan nangis dong , aku juga jadi ikutan nangis nantinya. Aku ngga akan lama kok perginya, aku juga pasti bakal selalu hubungin kamu. Please, believe me re. Cincin ini saksinya” sambil mengelus cincin yang melingkar di jari manisku.
"Iya, aku percaya ko sama kamu, kamu hati2 ya disana. Langsung kasih kabar aku, setelah kamu nyampe”
“Pasti" mengusap air mataku. "Yaudah kita pulang yuk. Aku juga harus siap siap buat keberangkatan besok”
Abit mengantarku pulang, lambaian tangan dan senyumnya yang kulihat dari balik pagar.
"Dadahhh..." Katanya
Aku pasti sangat merindukanya.
Dan dia pergi meninggalkan halaman rumahku.
Source Image : Google
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment